Para sederek kita sedaya
Jaler estri enem lan tuwa
Mumpung urip ana ing ndunya
Limang waktu ya lakonana
Elingana bakal ana timbalan
Timbalane Kang Maha Kawasa
Yen wus teka ora kena wakilan
Gelem ora bakal dipeksa
Disalini pengagem putih
Yen wus budhal ora bisa mulih
Tumpakane kereta jawa
Roda papat rupa manungsa
Jujugane ana ing guwa
Tanpa bantal lan tanpa klasa
Omahe ora ana lawange
Turu ijen ora ana Kancane
Ditutupi anjang-anjang
Diurug di sirami kembang
sing ngunjungi arang-arang
Mertandhani yen imane kurang
Tangga-tangga padha nyumbang
Tangisane kaya wong nembang
Minggu, 03 April 2011
Wasiat
Alloh Yang Maha Esa
Dialah Yang Maha Kuasa
Dia berbuat tanpa dipaksa
Menyuruh kita tinggalkan dosa
Neraka disiapkan bagi para pendosa
Mereka dimasukkan untuk merasakan siksaannya
Siksaan yang sangat luar biasa
Sekali-kali untuk keluar pun tidak bisa
Di dalamya banyak ular berbisa
Menggigiti orang yang tidak pernah puasa saat dunia
Dengan tanpa imbal rasa
Beruntunglah bagi orang-orang yang mau berpuasa saat di dunia
Akan hidup damai dan sentausa
Datang barang dengan karsa
Dengan tanpa imbal jasa
Hai orang-orang yang berbuat dosa....
Bertaubatlah kau dengan segera
Kepada Tuhan sang Pencipta alam dan jagad raya.
Dialah Yang Maha Kuasa
Dia berbuat tanpa dipaksa
Menyuruh kita tinggalkan dosa
Neraka disiapkan bagi para pendosa
Mereka dimasukkan untuk merasakan siksaannya
Siksaan yang sangat luar biasa
Sekali-kali untuk keluar pun tidak bisa
Di dalamya banyak ular berbisa
Menggigiti orang yang tidak pernah puasa saat dunia
Dengan tanpa imbal rasa
Beruntunglah bagi orang-orang yang mau berpuasa saat di dunia
Akan hidup damai dan sentausa
Datang barang dengan karsa
Dengan tanpa imbal jasa
Hai orang-orang yang berbuat dosa....
Bertaubatlah kau dengan segera
Kepada Tuhan sang Pencipta alam dan jagad raya.
puisi
burung di pagi hari tak lagi bernyanyi
dinginnya embun pagi tak lagi membasahi
air di atas sana masih bersembunyi
entah mengapa dia enggan turun ke bumi
tidakkah dia merasa senang jika tanamn berseri-seri?
kini tinggal mentari yang masih terbuai mimpi
akankah ia turut enggan naik ke ufuk pagi?
tegakah ia membiarkan bumi tetap sendiri?
padahal tanpa belaian cahaya suryani
nasib bumi akan setengah mati
dan pesimis untuk bisa tersenyum lagi
dinginnya embun pagi tak lagi membasahi
air di atas sana masih bersembunyi
entah mengapa dia enggan turun ke bumi
tidakkah dia merasa senang jika tanamn berseri-seri?
kini tinggal mentari yang masih terbuai mimpi
akankah ia turut enggan naik ke ufuk pagi?
tegakah ia membiarkan bumi tetap sendiri?
padahal tanpa belaian cahaya suryani
nasib bumi akan setengah mati
dan pesimis untuk bisa tersenyum lagi
Langganan:
Postingan (Atom)